MUNGKINKAH MENATA NEGARA LEWAT JALUR POLITIK?

MUNGKINKAH MENATA NEGARA LEWAT JALUR POLITIK?

Sebenarnya politik itu memang jalan bagi siapapun yang punya niat menata negara. Pertanyaan pada judul itu muncul karena faktanya, mayoritas orang yang terjun ke politik, praktiknya beda dengan niat. Meski niat bagus, kenyataannya banyak orang yamg terjun ke politik malah menjadi bagian dari pihak yang merusak negara dengan sikap yang koruptif. Sementara yang bertahan dalam idealisme pasti dikucilkan. Dalam kacamata banyak orang, politik telah jadi wilayah yang menyeramkan, tempat dimana "yang kuat menindas yang lemah, penghianatan, penghalalan segala cara karena ambisi", menjadi warna keseharian.

Partai politik yang didirikan dengan konsep idealis - pada praktiknya jauh panggang dari api, entah itu partai relijius maupun partai nasionalis. Terlebih jika menimbang, di balik partai politik akan bermain juga kelompok bayangan, para bandar, mereka yang coba mengendalikan negara dengan kekuatan uang. Bagi banyak orang, sungguh absurd memimpikan perubahan negara lewat jalur politik.

Saya mengerti itu semua. Tepat di titik inilah tantangan terbesar saat saya digerakkan untuk membuat parpol. Bagaimana saya memastikan parpol ini tidak hanya idealis pada konstitusinya? Bagaimana kebajikan tidak hanya ditorehkan di atas kertas tapi menjadi sebuah praxis?

Begini, ini semua tentang manusia. Manusia dengan dualitasnya, selama tidak terlatih berada di dalam keheningan, saat berhadapan dengan iming-iming kekuasaan dan uang pasti tumbang. Mereka yang tak terlatih setia pada diri sejati dan telah netral pada gemerlap dunia, pasti jatuh saat dihamparkan godaan yang menggairahkan. Justru pada titik ini pulalah terletak solusinya. Pasti berbeda praxis dan kenyataannya, jika sebuah parpol didirikan, digawangi, dijalankan, oleh orang yang terlatih lewat jalan keheningan sehingga tak lagi punya ambisi, tak punya target, netral pada uang dan kekuasaan, hanya punya kasih murni yang mengejawantah menjadi semangat pelayanan.

Nah, saya telah menjadi pakar dalam hal ini. Saat ini saya punya persediaan SDM dengan kualifikasi tercerahkan untuk menjadi motor parpol yang saya dirikan. Saya tidak mengajak orang terkenal dan punya banyak uang. Itu bukan hal yang diandalkan oleh parpol yang hendak saya dirikan. Kekuatan parpol ini adalah pada keberadaan orang-orang tercerahkan yang siap menjalankan lakon satria pinandita. Dan selanjutnya, parpol ini merekrut kader atas dasar kesiapan menjalankan lakon sebagai patriot yang murni, gak sembarang comot. Saya tak peduli soal kemenangan atau suara, saya hanya berfokus membangun kekuatan yang solid - sebagai benteng terakhir NKRI.

Saya sudah buktikan tim saya meski tak terlihat, sangat solid, sehingga bisa mengawal bangsa ini sampai selamat dari issue pandemi yang dibuat orang-orang yang punya kekuasaan.

Sekarang saatnya bergerak lebih lanjut, memastikan NKRI yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja.

BISAKAH KITA MEMBANGUN NEGARA BEBAS KORUPSI?

BISAKAH KITA MEMBANGUN NEGARA BEBAS KORUPSI?

Praktek korupsi nyata mengganggu upaya penyejahteraan rakyat. Mari kita renungkan, apa dampaknya jika satu ruas jalan raya, anggarannya dicuri 50% sehingga kualitas menurun drastis? Apa jadinya jika bantuan sosial yang semula ditujukan untuk 2 juta orang hanya diterima 200 ribu orang? Apa jadinya jika uang negara yang semestinya bisa membangun 1000 bangunan sekolah yang bagus malah dipakai untuk pelesiran pejabat? Jelas, semua merugikan.

Pertanyaannya, bagaimana praktek korupsi bisa ditekan atau bahkan dihilangkan.

Mari kita lihat beberapa solusi yang mungkin:

1. Mendirikan lembaga anti korupsi. Catatan kritis: Bagaimana jika orang yang ada di lembaga itu adalah orang-orang yang suka main drama, hobby merampok uang negara juga untuk perkaya diri, mereka hanya kasuskan orang yang jadi lawan politik dan lindungi orang yang jadi sekutu.

Langkah ini: TIDAK EFEKTIF

2. Buat hukuman mati bagi koruptor. Catatan kritis: Siapa yang akan dianggap bersalah sementara mayoritas yang punya kuasa masih sangat serakah dan hobby mengambil uang negara? Bagaimana jika yang jadi penegak hukum juga doyan duit yang bukan haknya? Yang akan kena kasus dan dihukum mati ya hanya orang yang paling lemah, siapapun juga yang bisa dikorbankan. Ini malah akan jadi ajang ketidakadilan yang paripurna

Maka langkah ini juga: TIDAK EFEKTIF

3. Pendidikan anti korupsi sejak dini. Catatan kritis: Selama yang dilakukan adalah model pendidikan kognitif atau behavioral tapi menekankan hanya pada perubahan mindset, maka yang terjadi adalah banyak orang tahu bahwa korupsi itu salah tapi tetap melakukannya, banyak orang akan tetap hobby korupsi tetapi lalu dijerat rasa berdosa - maka banyak orang membuat paduan cara hidup yang unik: banyak korupsi sembari banyak ibadah dan sedekah.

Jelas langkah ini juga: TIDAK EFEKTIF

Lalu apa yang bisa dilakukan?

Hanya satu cara: Buat warga negara kita punya kasih murni seperti di video ini. Buat rakyat kita ketika menemukan HP di jalan yang bukan miliknya, berupaya keras untuk menemukan pemiliknya. Buat rakyat kita tak punya keserakahan karena sadar itu membawa derita dan bahwa bahagia itu sumbernya ada di dalam diri yang diraih melalui keheningan.

Hanya dengan menyalakan api Pancasila melalui pembelajaran spiritual yang tepat - orang jaman dulu menyebutnya pendidikan budi pekerti, ini bisa dilakukan. Praktek korupsi akan turun drastis ke tingkat minimalis.

Prasyaratnya: mereka yang tercerahkan mendapat ruang untuk turut membangun bangsa. Mereka menjadi teladan tentang cara hidup yang selalu tertuntun oleh hikmat kebijaksanaan.

Inilah salah satu alasan mengapa saya digerakkan untuk mendirikan Partai Politik.

Harapan terakhir kita ya tinggal orang-orang tercerahkan dengan jalan spiritual yang murni.

MEMADUKAN SPIRITUALITAS DAN POLITIK

Sebenarnya ini perkara sederhana. Tradisi luhur Nusantara mengenal terminologi Satria Pinandhita, yaitu sosok yang berjiwa ksatria, perwira, yang bekerja dalam tanah kenegaraan, tapi saat yang sama punya watak pandita: tercerahkan, selalu melangkah dalam tuntunan Diri Sejati. Jadi tidak perlu gumun jika seorang spiritualis bicara tentang politik, sebaliknya seorang politisi bicara tentang spiritualitas .

Politik, saat ini menjadi sesuatu yang dipersepsikan secara minor. Semua berangkat dari temuan akan praktik politik yang kotor, menghalalkan segala cara, penuh penghianatan, dan seterusnya. Sangat bisa dimaklumi karena memang mayoritas, bahkan nyaris semua yang terjun di dunia politik saat ini, melangkah dengan pikiran egoistik, dibalut angkara murka yang halus maupun kasar.

Akan memancing kontroversi dan sangat lumrah jika disangka macam-macam jika seorang spiritualis apalagi Guru Spiritual terjun ke dunia politik. Bisa ada penilaian bahwa yang bersangkutan telah tergoda oleh hal duniawi.

Jika menengok ke masa lalu, sebetulnya kita punya figur spiritualis yang berpolitik: Bung Karno, Tribhuwana Tunggadewi, Airlangga, dan lain sebagainya. Justru, harapan perubahan yang nyata bagi perbaikan nasib bangsa Indonesia ya tinggal pada mereka yang benar-benar spiritualis dan tercerahkan.

Maka, saya memang serius untuk membuat partai politik baru. Saya kumpulkan orang-orang yang tercerahkan dan berjatah berjuang lewat politik. Ini akan jadi gerakan politik yang sangat berbeda dengah apa yang biasa dilihat publik.
Nantikan tangggal mainnya....

PARTAI POLITIK BARU YANG PROGRESSIF REVOLUSIONER


Dalam hening, saya mendapatkan titah atau pesan semesta untuk menginisiasi terbentuknya partai politik baru. Untuk mewadahi jiwa-jiwa yang pemberani dan revolusioner.

Sebuah partai kader, dimana semua pengurusnya digembleng untuk punya jiwa Pancasilais sejati, yang berani tampil sebagai patriot bangsa dengan segala resikonya. 

Yang terpanggil untuk berkomentar, dipersilakan.

Mari kita resapi sebuah visi. Di kampung-kampung, orang berkumpul dan melaksanakan hening cipta. Bersama-sama mereka menghayati setiap tarikan dan hembusan nafas, menyadari keberadaan Tuhan Yang Maha Esa yang nyata dengan merasakan kasih murni dan kuasaNya pada aliran nafas yang lembut. Maka semuanya merasakan kebahagiaan dan damai yang absolut. Semua memancarkan getaran kasih murni. Lalu mereka mendengarkan dan menyanyikan secara bersama lagu-lagu kebangsaan yang indah. Bangkit rasa cinta tanah air yang agung. Selanjutnya mereka berembug tentang persaudaraan sejati, yang menyatukan semua manusia dengan beragam latar ras, suku dan agama. Juga dibahas solusi untuk segenap persoalan rakyat, tentang bagaimana hidup yang berdaya, berdaulat, bermartabat. Warga dimomong, dimanusiakan, oleh tetua yang bertindak dan mengambil keputusan dengan hikmat kebijaksanaan. 

Itu adalah gambaran pertemuan kader partai di tingkat kampung. Ini bukan partai yang menebar janji dan menawarkan uang untuk dipilih. Ini adalah partai yang menghidupkan kembali api gotong royong, partai yang membangkitkan kembali semangat Ketuhanan Yang Maha Esa pada seluruh warga, sebuah semangat yang non diskriminatif, menyatukan tanpa kecuali. 

Setiap pertemuan partai, membuat yang hadir hangat dadanya, ada rasa syahdu, yang berpadu dengan gelora semangat membangkitkan bangsa yang agung. Inilah partai yang menjadi besar dengan kekuatan rakyat jelata dan api Pancasila. Kelahirannya memang selaras dengan gerak semesta, untuk membuat terobosan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saatnya Indonesia kembali gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja. 

Teman-teman yang selaras dengan ide ini, dan tergerak untuk membuat rencana ini menjadi nyata, silakan berkomentar.

KAPAN "PANDEMI COVID" BERAKHIR?


Dalam kajian yang dilaksanakan di Sanur Bali, ada peserta yang bertanya, "Kapan pandemi COVID ini akan berakhir? Saya sudah bertanya kepada banyak supranaturalis dan spiritualis, belum ada yang bisa menjawab." Ini jelas pertanyaan yang menantang dan saya suka tantangan. Maka saya jawab pertanyaan ini dengan cara yang belum pernah saya lakukan. Saya buka-bukaan 100%. Tapi saya bilang off the record, apa yang saya sampaikan tidak boleh dibuka keluar, cukup untuk peserta kajian saja.

Yang saya tulis di sini, adalah jawaban yang sudah sangat dihaluskan. 

Jadi, ini jawaban saya: Issue ini bisa BERAKHIR HARI INI JUGA, dengan cara PRESIDEN RI MENCABUT STATUS DARURAT KESEHATAN dan MEMBUBARKAN GUGUS TUGAS COVID 19. 

Ini benar-benar hanya soal keputusan politik, soal dinamika politik, tidak ada urusannya dengan soal pandemi dan epidemiologi. 

Mari kita runut kronologi sejak awal bagaimana kasus ini berjalan dan bagaimana keadaan saat ini.
1. Pada awalnya Pemerintah RI sangat santai, Menkes Terawan menyatakan Corona bukan virus bahaya, COVID 19 ini termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri. 

2. Angin berubah saat Presiden RI ngobrol via telepon dengan Dirjen WHO - tampaknya ada nego yang rumit di situ. Maka mendadak muncul dua pasien yang dinyatakan positif COVID 19 dan ditetapkan status Darurat Kesehatan di Indonesia. Lalu Menkes Terawan mendadak seperti hilang dari peredaran. Pendapat warasnya tak dipakai. 

3. Sejak saat itu, kebijakan Pemerintah RI soal COVID 19 ini menjadi sangat disetir WHO, kita selalu ikuti WHO meski WHO terlihat jelas galaunya, kebijakannya selalu berubah-ubah. Selalu PHP dalam soal vaksin dan obat. Lalu ujug-ujug jadi banyak orang Indonesia yang positif Covid 19, tanpa kita tahu bagaimana mereka bisa terkena. Faktanya 2 pasien pertama yang jelas sosoknya telah sembuh. Lalu WNI dari Wuhan yang di karantina di Pulau Galang dinyatakan sehat juga. Dan yang pertama kali punya banyak kasus positif Covid adalah DKI Jakarta, bukannya Bali yang banyak kedatangan turis China sepanjang Januari - Maret 2020. Dari mana virus ini datang? Kenapa di Jakarta? Siapa yang kena dan siapa yang menularkan. Ada yang tahu dan ada yang mendapat info dari Pemerintah? Saya sih jelas tidak 

4. Seiring dengan Pemerintah mulai keluarkan data kasus positif Covid 19 - yang publik sebenarnya tak pernah tahu validitasnya, mulai banyak nujuman seram dari beberapa dokter dan epidemiolog. Covid 19 dinyatakan berbahaya, bisa membunuh jutaan hingga puluhan juta orang Indonesia dan media memblow up opini ini. Mulai muncul desakan lockdown seperti di negara lain. 

5. Jika lockdown jadi diterapkan, Indonesia bisa tumbang beneran. Ceritanya akan beda, hari ini kita kecil kemungkinan masih bisa bercengkerama. Kenapa tidak jadi lockdown padahal Pemerintah sudah siapa siap ambil kebijakan itu? Sssssttt
... Ini rahasia ya, di detik akhir pengambilan keputusan, kesadaran para pejabat yang ikut rapat terbatas dirubah oleh semesta. Munculnya keputusan PSBB + Darurat Sipil. Anda tahu, dalam case ini yang paling berperan adalah jiwa atau soulnya Bung Karno yang merasuk ke tubuh Jokowi dan membuatnya berubah rencana. Kita selamat... 

6. PSBB lalu berjalan, ekonomi lumayan rontok, banyak PHK, sektor informal tidak jalan. Tapi ini jauh lebih ringan destruksinya ketimbang lockdown. Dan kita lalu sama-sama tahu, ramalan seram para ahli ternyata tak terbukti. Semua cuma omong kosong. Meski rakyat banyak yang ndableg dan tidak patuh pada kebijakan social distancing dan lainnya, hingga saat ini, angka resmi yang meninggal ada di kisaran 2500 orang. Bukan ratusan ribu, bukan jutaan, bukan puluhan juta. Sekalipun kita masih bisa mengkritisi, beneran itu karena Covid? Gak ada uji forensik yang kredibel, semua hanya katanya. Saat yang sama banyak protes di masyarakat kenapa orang meninggal karena sakit jantung, tipes, dinyatakan meninggal karena Covid 19. Dan kita juga dapat data resmi, mereka yang dinyatakan sakit Covid 19 itu justru mayoritas tanpa gejala alias gak ada tanda sakit, mereka merasa sehat. 

Dan sudah 25 ribuan orang lebih yang dinyatakan sembuh. Jadi klaim virus ini sangat bahaya dan gak ada obatnya, hanya omong kosong. Pemerintah sebenarnya melakukan kesalahan besar dengan hanya percaya pada epidemiolog tanpa melakukan riset serius tentang lethality rate dari penyakit ini (jika bener virusnya ada di sini), tak ada kajian pengaruh pada death rate nasional. Gak ada perbandingan dengan kasus sakit lain, gak ada perbandingan dengan bulan-bulan sebelumnya. Kebijakan benar benar dibuat serampangan hanya berdasarkan prediksi. 

7. Indonesia lalu kembali diselamatkan, saat Presiden Ri dapat hidayah, dan meluncurkan kebijakan New Normal untuk mengatasi dampak PSBB yang membuat ekonomi macet dan bisa melumpuhkan kehidupan. Ada teman, seorang penulis, yang bertanya, "Ini sebenarnya gimana sih, kok Pak Jokowi kayak orang linglung." Begini, memang ada rahasia di balik ini semua. Secara faktual memang Pak Jokowi tampil berubah - ubah. Pidato tgl 18 Juni 2020 di istana sangat heroik, mendesak para menteri bertindak luar biasa untuk mendobrak kebekuan dalam gerak Pemerintah, betul-betul harus aksi untuk gelontorkan anggaran guna mengatasi tantangan krisis ekonomi. Tapi tanggal 26 Juni 2020 di Surabaya malah sibuk bicara tentang bahaya Covid yang besar sekali , keharusan pake masker dan menerapkan protokol kesehatan ala WHO, dan hal semacam itu yang gak relevan dengan tantangan sebenarnya : ekonomi kita nyaris ambruk karena kebijakah Pemerintah yang berlebihan. Ada apa di balik semua ini? Jawabannya, di dalam diri Pak Jokowi sendiri ada dinamika. Kuasa gelap dan terang bertempur di badan itu. Berita gembiranya, lihatlah foto Pak Jokowi tanggal 29 Juni 2020 - wajahnya terang, auranya cemerlang. Itu berarti kuasa terang yang menang, melalui sosok yang kita kenal sebagai Pak Jokowi ada kekuatan semesta yangg bekerja untuk menyelamatkan bangsa ini.

8. Bulam ini saya berkeliling di banyak daerah, mulai dari Pekalongan, Semarang, Medan, Deli Serdang, Pematang Siantar, Prapat, Pekanbaru, Kuningan, Yogya, Solo, Wonogiri, Surabaya, berujung di Bali. Saya lihat geliat ekonomi di mayoritas daerah sudah mulai pulih. Jalanan rame, rumah makan mulai banyak pengunjung. Hotel hotel mulai ada isinya. Di Pematang Siantar malah orang tumpah ruah di pemandian. Di Surabaya orang bebas ngopi ngopi dan ngumpul di cafe. Ketakutan pada Corona semakin sirna. Yang menyedihkan tinggal kawasan turis seperti di Kuta. Dan, dengan rakyat yang mayoritas menafsirkan new normal sebagai normal aja, adakah lonjakan kematian akibat Covid? Ya nggak ada. Data resmi ya begitu aja. Apalagi kenyataan di lapangan, semua baik-baik saja.

9. Kesimpulannya: mayoritas rakyat sudah siap untuk NORMAL PENUH dan memulihkan ekonomi. Tinggal ditopang oleh kebijakan pemerintah: Cabut Darurat Kesehatan, Bubarkan Gugus Tugas Covid 19. Cabut kebijakan rapid test dan PCR test untuk perjalanan dengan moda transportasi publik. Apakah Pemerintah akan melakukan itu? Pasti.. Ada kekuatan semesta yang tak bisa dilawan siapapun. Inilah saatnya penghakiman bagi siapapun yang telah berbuat kejahatan kemanusiaan dengan mengatasnamakan issue pandemi. Tiada lagi toleransi. Tidak boleh lagi rakyat kecil dibuat susah, dibuat gak bisa cari makan, dengan alasan melindungi mereka. Perubahan besar telah terjadi sebagai skenario penyelamatan bangsa ini.

Jaya Indonesia. Merdeka!
Kuta, 30 Juni 2020.

DRAMA COVID 19


Saya ungkapkan pengalaman dari salah satu murid saya yang menjadi perawat di RS. Cerita begini, jujur saja, membuat saya marah. Rakyat kita jadi korban bukan karena Corona, tapi karena kebijakan keliru yang mengatasnamakan Corona. Maka solusi yang logis adalah CABUT DARURAT KESEHATAN DAN BUBARKAN GUGUS TUGAS COVID 19.

"Ini salah satu pengalaman saya sebagai salah satu paramedis yg ikut merawat pasien covid. Rumah sakit saya itu bisa dibilang rumah sakit kecil dengan penanganan mirip seperti puskesmas rawat inap, hanya saja ini milik pemerintah. Dan ketika yg berkuasa memutuskan rumah sakit ini menjadi rumah sakit isolasi khusus covid, ya mau ga mau harus ikut meski sarana prasarana tidak memadai.

Jadilah rs kita menjadi tempat rujukan covid di kabupaten ini. Pasien covid datang dan diisolasi disini dari yg terkonfirmasi dan yg hanya rapid positif. Pasien covid itu beragam dan sebagian besar memang tidak memiliki gejala, jdi tidak ada yg perlu dikhawatirkan.

Yang saya tidak mengerti, banyak pasien rapid reaktif yg dirujuk ke rumah sakit ini. Memang pasien2 ini sudah di swab, hanya saja hasil swabnya datang terlambat. Sebagai catatatn, hasil swab sekarang datang lebih lambat (paling cepat 3 hari) ketimbang sebelumnya, setelah swab mandiri diperbolehkan di rumah sakit lain dengan hanya satu lab yg dipercaya.

Pasien rapid reaktif ini seringkali pasien yg akan di operasi atau yg setelah di operasi yg memerlukan perawatan intensif. Secara logika pasien ini memang memiliki riwayat penyakit lain, yg membuat kekebalan tubuhnya melemah. Jadi pasti reaktif rapidnya.

Nah ini yg membuat saya paling gemas, karna bnyak para tenaga medis/paramedis ketakutan memberikan penanganan. Padahal dalam status emergency/darurat. Bahkan dokter spesialis pun yg mumpuni yg memang memegang sumpah kedokteran, tetap saja takut menangani pasien - pasien ini sehingga pasien banyak yg terlambat mendapatkan perawatan. Dan sayangnya sering kali tidak tertolong.

Sering saya melihat kejadian dimana pasien terlambat mendapat pertolongan karna kita paramedis harus menggunakan baju astronot dulu baru boleh ke ruangan pasien. Itu memerlukan waktu yg lama. Ditambah kita mendapat 'pesan' harus berhemat agar tidak bnyak APD/baju astronot yg terpakai dalam satu kali jaga, karna itu mahal.

Ada juga kejadian dimana pasien pasca operasi yg kita rawat disini yg sudah dirujuk balik kembali ke Rumah sakit biasa karena sudah swab negatif kondisinya memburuk, dan banyak yg tidak terselamatkan. Itu karna kondisi pasca operasi memerlukan penanganan intensif dan itu tidak dapat kami berikan secara maksimal.

Dan bagi pasien yg tidak terselamatkan ini meski hanya reaktif dalam rapid test dan swab masih menunggu hasil, tetap harus dimakamkan dengan protokol covid. Yang mana keluarga tidak ada yg boleh ikut dan melihat prosesinya karna harus di karantina, belum lagi cibiran masyarakat yg begitu keras kepada keluarga. Dan semua itu makin membuat prihatin bila hasil swab yg datang adalah negatif, semua itu terasa memprihatinkan.

Saya disini hanya memberitahu pengalaman saya. Mungkin saja orang lain punya pengalaman beeveda, tapi realitanya memang seperti itu adanya yang saya alami. Yang jadi masalah Ini bukan soal penyakitnya tapi tentang kepentingan yang melahirkan kebijakan, dan itu membawa korban."

CATATAN: Nama murid saya dan nama RS tidak saya sebut. Jika ada yang keberatan silakan berhadapan dengan saya.

ISSUE COVID 19 DAN SKENARIO INDONESIA KE DEPAN


Mengapa saya sangat vokal soal issue COVID 19? Mengapa sebagai Guru Meditasi atau Guru Spiritual saya tidak berfokus saja menikmati kesunyian? Sederhana saja, demikianlah saya digerakkan oleh Sang Sumber Hidup. Dan saya diberi pengertian bahwa ini adalah momen yang sangat krusial.

Bagaimana ending dari issue ini sangat menentukan nasib Indonesia dan dunia. Maka saya dan tim saya memang tak punya pilihan lain kecuali berjibaku mengerahkan semua kemampuan terbaik. Ini adalah pertempuran yang harus dimenangkan.

Saya tidak melawan virus Corona. Itu hal sepele. Yang saya lawan dalam pertempuran ini adalah:
1. Sekelompok kecil orang yang mengidentifikasi diri sebagai NWO (New World Order). Mereka ini punya uang banyak, berkuasa, dan ingin melanjutkan hegemoni atas mayoritas manusia, dan melanggengkan sistem yang timpang. Mereka ini juga secara de facto, adalah anti tesis dari gerakan spiritual yang murni. Upaya membangkitkan kesadaran spiritual secara global adalah ancaman bagi mereka. Mereka yang ada di balik WHO dan mengendalikan WHO untuk kepentingan mereka termasuk jualan vaksin. 

2. Keberadaan tak terlihat mata lahiriah yang ada di balik kelompok NWO ini. Mereka antara lain adalah yang saya sebut sebagai dark alien, termasuk induk dari ras draconian yang sudah bercokol di Bumi sejak jaman purba. Pusat kekuatan mereka yang terbesar dan baru saja dilebur ada di Samudera Pasifik. Selain itu ada kategori dark forces lain yang saya sebut sebagai demon, iblis, siluman. Mereka semua pada saat ini berkolaborasi untuk menebar energi destruktif, menebar ketakutan, berkolaborasi dengan manusia yang penuh angkara. 

3. Oknum pejabat yang serakah dan menjadi antek NWO. Dalam kasus Covid 19, merekalah yang ada di balik kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Bagi saya mereka ini adalah penjahat kemanusiaan yang layak dilebur. 

4. Oknum oposisi yang oportunis. Mereka sebenarnya ikut bermain mengambil keuntungan dari peluang bisnis dadakan akibat issue pandemi ini, tapi pada saat yang sama mencari celah untuk mengambil alih kekuasaan di tengah situasi yang sulit. Mereka ini ya sama jahatnya dengan kelompok nomor 3.
Apakah bisa, saya yang selalu mengajarkan tentang kasih murni dan kebenaran lalu berdiam diri menyaksikan banyak rakyat menderita akibat kejahatan kemanusiaan yang sangat gamblang terlihat? JELAS TIDAK! Saya secara spontan tergerak untuk melebur kejahatan itu dan mengakhiri penderitaan rakyat. 

Maka, selama berbulan bulan pertarungan keras terjadi. Situasinya sangat dinamis. Ada kalanya saya judeg melihat perkembangan tak seperti yang kita harapkan. Tapi dalam hening saya sadar, tak ada yang sia-sia dari perjuangan ini.. Keadaan sebenarnya semakin membaik, kelompok jahat ini makin melemah. 

Sisi positifnya, issue Covid 19 ini mengakselerasi proses penataan di Indonesia dan dunia. Perubahan yang susah dilogikakan telah terjadi, membawa negara dan bumi ini ke fase baru yang makin baik.
Saya berterima kasih dan bangga pada semua pihak yang sadar akan skenario jahat di balik issue Covid ini, lalu dengan berani menyuarakan perlawanan. 

Di fase ini, kita kemudian perlu mendesak hal ini: Pemerintah mencabut status darurat kesehatan, membatalkan PSBB dan membubarkan Gugus Tugas Covid 19. Kita kembali NORMAL PENUH.